Senin, Maret 09, 2009

Bahan Bakar Fosil

Bahan bakar fosil
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Bahan bakar fosil, juga dikenal sebagai bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil ini telah menggerakan pengembangan industri dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga pembakaran kayu atau peat untuk panas.
Ketika menghasilkan listrik, energi dari pembakaran bahan bakar fosil seringkali digunakan untuk menggerakkan turbin. Generator tua seringkali menggunakan uap yang dihasilkan dari pembakaran untuk memutar turbin, tetapi di pembangkit listrik baru gas dari pembakaran digunakan untuk memutar turbin gas secara langsung.
Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan sumber utama dari karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang dipercayai menyebabkan pemanasan global. Sejumlah kecil bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh dari karbon dioksida di atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah karbon dioksida di udara.


bahan bakar fosil(dari Digjaya)
jumat kemaren (23/5), karena bensin di mobil udah sekarat, terpaksa aku isi bensin. dan gudabrak! hari itu harganya tiba2 melejit. biasanya $A 1,40 per liter, naik jadi $A 1,55 (sekitar Rp. 16 rebu). aku gak punya pilihan lain, selain harus isi. rupanya, harga minyak dunia dah melambung tinggi. petrol segala macam jenis juga naik drastis.

di tanah air, pemerintah RI susah payah menaikkan harga BBM. di canberra sini, harga BBM sangatlah liar, naik turun setiap jam. harga BBM untuk pagi, siang dan malam hari bisa berubah2.
kita harus berani dan pintar2 menebak trend harga BBM. begitu harga turun, langsung kita isi fuel tank. tapi kalau harganya gak turun2 yah gimana dong?

yang membuat banyak orang kesal dengan kenaikan BBM di Indonesia adalah karena Indonesia itu termasuk negara OPEC, alias peng ekspor minyak mentah dunia. kalau harga minyak naik, thus pasti lah negara kita banyak untungnya. tapi kenapa buntung terus ya? karena kita meng impor minyak. aneh juga... negara OPEC kok impor minyak. itu lah sebabnya SBY-JK berpikir untuk keluar saja dari OPEC. jika pertamina dibuat lebih transparan dan kontrak2 perusahaan tambang (asing dan domestik) di review ulang, niscaya negara kita gemah ripah melimpah ruah...



Lingkungan
Selandia Baru Larang Bahan Bakar Fosil

Wellington, Selasa - Selandia Baru akan menjadi negara pertama yang melarang penggunaan bahan bakar fosil pada mesin-mesin pembangkit listrik. Berdasarkan undang-undang baru yang dipromosikan ke Parlemen Selandia Baru, Selasa (4/12), larangan ini berlaku setidaknya selama 10 tahun.

Kebijakan tersebut merupakan upaya Pemerintah Selandia baru mempromosikan produksi listrik yang bisa diperbarui. Selandia Baru sudah menggerakkan 70 persen dari pembangkit tenaga listriknya dari sumber-sumber yang bisa diperbarui

"Kami ingin Selandia Baru akan menjadi negara di dunia pertama yang mengelola energi berkelanjutan," kata Wakil Perdana Menteri Selandia Baru, Michael Cullen. Pemerintah percaya bahwa Selandia Baru harus memainkan bagian ini dalam perang global melawan perubahan iklim.

Organisasi lingkungan hidup Greenpeace menyambut gembira kebijakan Tersebut. Gerakan tersebut merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya di masyarakat internasional. Juru kampanye iklim Greenpeace, Susannah Bailey, mengatakan, pihaknya akan membantu Selandia Baru dalam mempertahankan citranya yang hijau dan bersih, meski melemah pada belakangan ini.

Menteri Energi Selandia Baru, David Parker, mengatakan, moratorium 10 tahun untuk menggunakan bahan bakar dari fosil, seperti batubara untuk pembangkit tenaga listrik akan bisa melegakan manakala hal itu digantikan dengan bahan-bahan yang bisa diperbarui, atau berdasarkan produk sampah. Namun, tindakan darurat masih dibutuhkan untuk menjamin keamanan pasokan listrik terutama untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat terasing.


Sumber: DPA
Penulis: Wah


UDARA BERSIH
Kurangi Ketergantungan
Bahan Bakar Fosil

Selasa, 27 Nopember 2007
JAKARTA (Suara Karya): Sudah waktunya pemerintah, dunia usaha industri otomotif, dan sektor transportasi mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selanjutnya membuat kebijakan penggunaan low carbon fuels (bahan bakar beremisi rendah) bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Hal itu penting, karena pemakaian bahan bakar fosil ternyata berdampak buruk dan memicu terjadinya pemanasan global.

Dampak dari pemanasan global itu sudah dirasakan seperti fenomena El Nino (kekeringan) dan La Nina (musim hujan yang tidak normal) yang menyebabkan munculnya berbagai bencana seperti kebakaran hutan, sawah puso, krisis air bersih, atau hujan di atas normal yang menyebabkan banjir bandang, dan badai.

"Sekalipun Indonesia bukan kategori negara Annex I dalam Protokol Kyoto, bukan berarti tidak harus melakukan apa pun dalam rangka menekan emisi rumah kaca. Pembangunan industri transportasi, di mana di Jakarta pertumbuhan kendaraan bermotor setiap tahunnya bertambah 11-14 persen, akan menghasilkan gas rumah kaca," ujar Ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin dalam diskusi bertema Low Carbon Fuels dan Solusi Pemanasan Global, di Jakarta, Senin .

Bila, pemerintah, dunia swasta industri otomotif dan transportasi tidak mulai membuat kebijakan, maka malapetaka akan semakin gawat menimpa masyarakat Indonesia.

Sementara itu, Kepala Subdit Lindungan Lingkungan Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Yusni Yetti mengatakan, setelah dikeluarkan keputusan presiden (keppres) tentang pembatasan konsumsi BBM, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) telah membuat regulasi pembatasan penggunaan bahan bakar, di antaranya BBM dikurangi 20 persen, gas alam (elpiji) ditambah menjadi 30 persen.

"Jadi dalam rangka kampanye udara bersih, DESDM telah melakukan pembatasan konsumsi BBM, kemudian mendorong perlunya ada bahan bakar alternatif. Ke depan untuk menciptakan udara bersih dengan upaya mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar low carbon fuels perlu koordinasi yang lebih intensif dengan semua pihak," katanya.

Juga koordinasi pembatasan penggunaan kendaraan bermotor yang sudah saatnya diberlakukan, namun hal itu tidak mudah karena harus diikuti penyediaan sarana transportasi umum massal, sehingga manyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi beralih ke transportasi massal.

Pakar lingkungan hidup, Prof Dr Reginald A Theujs dari Belanda yang menjadi konsultan Kantor Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal mengatan, energi alternatif lain yang bisa digunakan adalah rumput alang-alang, namun hal itu masih perlu riset, dan kajian yang mendalam. (Yon Parjiyono)

Tidak ada komentar: